Terima kasih mas Satrio untuk invite postnya,, :)
Sudah menjadi sunatullah dalam kehidupan bahwa sejarah itu akan terulang kembali dengan pelaku dan variasi yang berbeda.
Dulu Fir’aun menyebarkan berita bohong melalui penyiaran yang ada di zaman itu. Ia menuduh Nabi Musa sebagai pembohong, tukang sihir, orang gila, sombong, hina, ngomong tidak jelas dan tidak lancar, mabuk kekuasaan, ingin mengusir kaum Fir’aun dari negeri Mesir, berambisi untuk menghegemoni, rakus jabatan dan tuduhan-tuduhan jahat lainnya.
Hal itu tidak mengherankan bila muncul dari Fir’aun dan para pendukungnya. Karena mereka ingin mempertahankan kekuasaan dan kedudukannya. Mereka tidak siap meninggalkan kezaliman yang sudah bertahun-tahun mereka lakukan di negeri Mesir. Orang zalim bila meninggalkan kezalimannya ia akan mati, karena memang itulah sumber penghidupan mereka.
Tapi yang mencengangkan adalah orang yang diberi pembelaan ikut juga menghina nabi mereka, meremehkan dan melecehkan. Nabi Musa diutus Allah untuk mengeluarkan mereka dari penderitaan, perbudakan dan penyiksaan yang dilakukan Fir’aun dan antek-anteknya. Namun apa balasan dari kaumnya Bani Israel, mereka berkata:
Artinya: mereka mengatakan bahwa, ada kamu Musa atau tidak ada kamu sama saja, kami tetap sengsara, kami tetap tertindas.
Bukannya mereka membantu perjuangan rasul mereka untuk membebaskan bangsanya dari perbudakan, tapi malah ikut mengejek dan menghina rasulnya sebagaimana yang dilakukan oleh musuh mereka.
Baru saja mereka dibebaskan Allah dari kejaran Fir’aun dengan memperlihatkan mu’jizat luar biasa dengan terbelahnya laut merah, sehingga mereka bisa meloloskan diri sekaligus menyaksikan musuh mereka ditenggelamkan Allah, tapi apa boleh buat, kejahatan mereka langsung keluar lagi. Mereka berkata:
Pada kesempatan lain mereka menyuruh Nabi Musa berjuang sendiri menaklukkan bangsa kejam yang menguasai bumi Palestina yang dijanjikan Allah untuk mereka. Ketika diajak untuk saling membantu untuk mengusir musuh, justru tanggapannya terhadap ajakan Nabi Musa adalah penghinaan, bukannya justru ikut berjuang bersama rasul mereka:
Pada kesempatan lain mereka meremehkan Nabi Musa sampai kepada perkara yang sangat pribadi. Mereka mengatakan: sekalipun Nabi Musa seorang yang gagah perkasa tapi beliau seorang yang mempunyai kulit kudisan atau korengan atau mempunyai kemaluan yang kecil (afwan), sehingga tidak mau mandi bersama-sama mereka. Sebab dalam syari’at Bani Israel tidak terlarang laki-laki mandi bersama sambil telanjang. Nabi Musa selaku seorang yang mulia tidak mau melakukan hal itu, karena seorang nabi selalu melakukan hal yang lebih utama dan terhormat.
Untuk membebaskan tuduhan ini Allah memperlihatkan kepada pemuda Bani Israel kondisi yang sesungguhnya. Suatu kali Nabi Musa mandi di tempat yang jauh dari umatnya. Sebelum masuk ke dalam air Nabi Musa meletakkan pakaiannya di atas sebuah batu besar. Ketika lagi asyik mandi tiba-tiba batu itu dengan kekuasaan Allah belah dan menjepit pakaian Nabi Musa, kemudian kabur melarikannya. Nabi Musa keluar dan mengejar batu itu sambil berteriak: batu…tinggalkan pakaianku, batu…tinggalkan pakaianku.
Akhirnya batu itu berhenti tepat pada tempat pemuda Israel mengintai Nabi Musa lagi mandi. Kemudian Nabi Musa memukul batu itu dengan tongkatnya sampai hancur berkeping-keping. Dan para pemuda Bani Israel itu terkesima, ternyata tuduhan selama ini kepada Nabi Musa tidaklah benar. Itulah perkataan Allah ta’ala:
Barangkali kawan-kawan merasa aneh dengan cerita ini, tapi ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari di dalam kitab Shahihnya. Silahkan dilihat pada hadits nomor 3404 dan syarahnya pada kitab Fathul Bari.
Penghinaan ini diceritakan Allah bukan untuk dongeng sebelum tidur atau untuk bahan omongan bumbu pelezat pembicaraan. Tapi ia diturunkan Allah untuk pelajaran, bahwa beginilah nasib yang akan dialami oleh setiap penyeru kebenaran. Akan dimusuhi, diolok-olokkan, dihinakan dengan segala bentuk dan model serta variasi cacian. Untuk menyabarkan para pejuang kebenaran Allah turunkan ceritanya dengan berulang-ulang kali. Supaya para da’i selalu teguh dan tidak ragu-ragu dalam berdakwah.
Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita sampai kapanpun dan menyelamatkan lidah ini dari berbicara serampangan.
#Zulfi Akmal
Posted by Suropeji
Sudah menjadi sunatullah dalam kehidupan bahwa sejarah itu akan terulang kembali dengan pelaku dan variasi yang berbeda.
Dulu Fir’aun menyebarkan berita bohong melalui penyiaran yang ada di zaman itu. Ia menuduh Nabi Musa sebagai pembohong, tukang sihir, orang gila, sombong, hina, ngomong tidak jelas dan tidak lancar, mabuk kekuasaan, ingin mengusir kaum Fir’aun dari negeri Mesir, berambisi untuk menghegemoni, rakus jabatan dan tuduhan-tuduhan jahat lainnya.
Hal itu tidak mengherankan bila muncul dari Fir’aun dan para pendukungnya. Karena mereka ingin mempertahankan kekuasaan dan kedudukannya. Mereka tidak siap meninggalkan kezaliman yang sudah bertahun-tahun mereka lakukan di negeri Mesir. Orang zalim bila meninggalkan kezalimannya ia akan mati, karena memang itulah sumber penghidupan mereka.
Tapi yang mencengangkan adalah orang yang diberi pembelaan ikut juga menghina nabi mereka, meremehkan dan melecehkan. Nabi Musa diutus Allah untuk mengeluarkan mereka dari penderitaan, perbudakan dan penyiksaan yang dilakukan Fir’aun dan antek-anteknya. Namun apa balasan dari kaumnya Bani Israel, mereka berkata:
قالوا أوذينا من قبل أن تأتينا ومن بعد ما جئتنا
Kaum Musa berkata: “Kami sudah ditindas oleh Fir’aun sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang….” (al A’raf: 129)
Artinya: mereka mengatakan bahwa, ada kamu Musa atau tidak ada kamu sama saja, kami tetap sengsara, kami tetap tertindas.
Bukannya mereka membantu perjuangan rasul mereka untuk membebaskan bangsanya dari perbudakan, tapi malah ikut mengejek dan menghina rasulnya sebagaimana yang dilakukan oleh musuh mereka.
Baru saja mereka dibebaskan Allah dari kejaran Fir’aun dengan memperlihatkan mu’jizat luar biasa dengan terbelahnya laut merah, sehingga mereka bisa meloloskan diri sekaligus menyaksikan musuh mereka ditenggelamkan Allah, tapi apa boleh buat, kejahatan mereka langsung keluar lagi. Mereka berkata:
وجاوزنا ببني إسرائيل البحر فأتوا على قوم يعكفون على أصنام لهم قالوا يا موسى اجعل لنا إلها كما لهم ألهة قال إنكم قوم تجهلون
Dan kami seberangkan Bani Israel ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan. Musa menjawab: “Sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang bodoh”. (al A’raf: 138)
Pada kesempatan lain mereka menyuruh Nabi Musa berjuang sendiri menaklukkan bangsa kejam yang menguasai bumi Palestina yang dijanjikan Allah untuk mereka. Ketika diajak untuk saling membantu untuk mengusir musuh, justru tanggapannya terhadap ajakan Nabi Musa adalah penghinaan, bukannya justru ikut berjuang bersama rasul mereka:
قالوا يا موسى إنا لن ندخلها أبدا ما داموا فيها فاذهب أنت وربك فقاتلا إنا ههنا قاعدون
Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasuki negeri itu selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (al Maidah: 24)
Pada kesempatan lain mereka meremehkan Nabi Musa sampai kepada perkara yang sangat pribadi. Mereka mengatakan: sekalipun Nabi Musa seorang yang gagah perkasa tapi beliau seorang yang mempunyai kulit kudisan atau korengan atau mempunyai kemaluan yang kecil (afwan), sehingga tidak mau mandi bersama-sama mereka. Sebab dalam syari’at Bani Israel tidak terlarang laki-laki mandi bersama sambil telanjang. Nabi Musa selaku seorang yang mulia tidak mau melakukan hal itu, karena seorang nabi selalu melakukan hal yang lebih utama dan terhormat.
Untuk membebaskan tuduhan ini Allah memperlihatkan kepada pemuda Bani Israel kondisi yang sesungguhnya. Suatu kali Nabi Musa mandi di tempat yang jauh dari umatnya. Sebelum masuk ke dalam air Nabi Musa meletakkan pakaiannya di atas sebuah batu besar. Ketika lagi asyik mandi tiba-tiba batu itu dengan kekuasaan Allah belah dan menjepit pakaian Nabi Musa, kemudian kabur melarikannya. Nabi Musa keluar dan mengejar batu itu sambil berteriak: batu…tinggalkan pakaianku, batu…tinggalkan pakaianku.
Akhirnya batu itu berhenti tepat pada tempat pemuda Israel mengintai Nabi Musa lagi mandi. Kemudian Nabi Musa memukul batu itu dengan tongkatnya sampai hancur berkeping-keping. Dan para pemuda Bani Israel itu terkesima, ternyata tuduhan selama ini kepada Nabi Musa tidaklah benar. Itulah perkataan Allah ta’ala:
يأيها الذين أمنوا لا تكونوا كالذين ءاذوا موسى فبرأه الله مما قالوا وكان عند الله وجيها
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah”. (al Ahzab: 69)
Barangkali kawan-kawan merasa aneh dengan cerita ini, tapi ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari di dalam kitab Shahihnya. Silahkan dilihat pada hadits nomor 3404 dan syarahnya pada kitab Fathul Bari.
Penghinaan ini diceritakan Allah bukan untuk dongeng sebelum tidur atau untuk bahan omongan bumbu pelezat pembicaraan. Tapi ia diturunkan Allah untuk pelajaran, bahwa beginilah nasib yang akan dialami oleh setiap penyeru kebenaran. Akan dimusuhi, diolok-olokkan, dihinakan dengan segala bentuk dan model serta variasi cacian. Untuk menyabarkan para pejuang kebenaran Allah turunkan ceritanya dengan berulang-ulang kali. Supaya para da’i selalu teguh dan tidak ragu-ragu dalam berdakwah.
Semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita sampai kapanpun dan menyelamatkan lidah ini dari berbicara serampangan.
#Zulfi Akmal
Posted by Suropeji
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar